Reuni Akbar Akselerasi

Acceleration Community setiap tahun mengadakan Reuni. Ini reuni akbar yang pertama

Beberapa anggota aksel angatan pertama

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selalu ada senyuman

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Indahnya Kebersamaan

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Acceleration Community, satu dalam kekeluargaan

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Minggu, 10 November 2013

Cerita Sore Hari

Oleh : Tomy Rahmatwijaya



Senja sore hari di bawah payung kota Malang mengingatkanku akan sebuah janji-janji yang keluar dari mulut ini. Janji-janji kepada orang yang meliharkan dan merawatku akan sebuah perjuangan dan cita-cita. Mungkin sudah menangis melihatku seperti ini. Aku yang selalu banyak omong, berbasa-basi depannya, atau mungkin membohongi kedua orang itu. 

Senja saat ini menyandarkanku pada dinding batu tempatku beristirahat. Aku menutup mata. Terjaga sejenak dan mengingat kembali omong kosong yang telah ku lakukan. Sejenak aku berpikir untuk pulang ke kampung halaman dan menghilang dari jejak-jejak perantauan ini. Tidak. Itu bukan solusi yang baik untuk menyelesaikan masalah ini. Pulang bukanlah jalan satu-satunya untuk keluar dari masalah ini. 

Aku kemudian keluar ke dunia yang tak kenal logika. Melihat kiri-kanan, yang membuatku seperti orang tolol. Kulihat kursi taman yang berada di pojokan. Aku duduk sambil menyilangkan kaki dan bersender pada kursi itu. 

Tidak ada aktifitas yang berarti terjadi di hadapanku. Melihat sepasang kekasih bergandengan tangan atau anak kecil yang bermain bersama orang tuanya di taman ini. Setiap orang sepertinya sibuk dengan kesenangan masing-masing dan melupakan urusan yang lain.

Kulihat danau dengan airnya yang tenang bersama dengan angsa-angsa menari diatasnya. Mengingatkanku akan harmonisasi keluarga yang dipenuhi dengan kehangatan. Diselimuti dengan rasa kekeluargaan yang kuat. 

Awal perjalananku, melayang diatas laut yang menyambung Jawa dan Sulawesi, sangat bersemangat mencari ilmu sampai ke seberang pulau. Mencari jatidiri. Dan mencari arti kehidupan. Tapi seiring dengan berjalannya detik jam dan bergantinya hari, semua yang kujalani ini seperti sia-sia. Bukannya tanpa sebab, aku mengingkari sebuah komitmen awalku sebelum ini. Belajar dengan tekun. Tapi sudah menjadi takdir alam seperti ini.

Menyesal. Mungkin itu kata yang paling tepat menggambarkan sketsa yang ada di kepalaku saat ini. Ujian Tengah Semester hari ini aku tidak masuk. Aku sekarang menjadi seolah menjadi anak yang paling tidak berguna. Hanya membuang uang yang diberikannya setiap bulan. Mengantarku terhadap rasa bersalah yang sangat hebat.

Ujian siang hari masih bisa aku layani. Meskipun dengan terseret-seret. Tapi mungkin gaya gravitasi di tempat tidurku sangat kuat sehingga sulit untuk mengangkatku bahkan ke kamar mandi yang berada tepat di samping kamarku.

Kemarin aku sudah mendapat lampu kuning. Peringatan yang menandakan aku masih disayang olehnya. Peringatan yang kapan saja bisa langsung melemparkanku ke kampung halaman. Masih adakah kesempatan yang sudah diberikan olehku terjadi lagi tahun ini??? Hanya mereka yang tahu jawabannya. Orang yang telah bersusah payah mengirimku kesini.

Jika berpikir sejenak, sangat besar besar beban yang dirasakan pemuda ini. Seakan alam menuntutku untuk menjadi manusia yang produktif. Dan dunia yang bekerja keras setiap hari sangat kontras dengan karakterku yang malas. Malas seakan sudah menjadi penyakit dalam diriku. Sempat terbersit di benakku akan melewati lorong waktu dan menjadi anak kecil lagi. Anak yang belum tahu kerasnya dunia. Anak yang belum mempunyai tanggungjawab yang besar. Dan anak yang hanya ingin bermain. 

Bermain sepak bola di lapangan bersama teman-teman masa kecilku. Menggiring dan menggocek bola dengan senangnya sampai membobol gawang lawan. Atau mungkin bermain main layang-layang di padang rumput yang terhampar luas yang tepat berada di belakang rumahku.

Cukup. Berhentilah mengigau. Jangan berpikir untuk menjadi anak-anak lagi. Aku sudah dewasa. Ketika aku berpikir untuk kembali ke masa kanakanku, itu tidak mungkin. Tetapi jika tetap terus memaksa, aku akan menjadi seorang pemuda yang bersifat kekanak-kanakan.

Melihat teman-teman kuliahku yang lain, seolah dikejar oleh bom waktu yang siap meledak kapan saja jika tidak lulus dengan waktu normal. 


Saat melihat teman-temanku berjuang untuk dirinya, aku seperti hanya seekor siput yang berjalan lamban dan hanya bisa melihati mereka semua bekerja. 


Ibuku pernah mengatakan, "Tidak ada kata terlambat untuk belajar". Yang diejawantahkan itu terlambat belajar hanyalah orang-orang yang sudah mati. Ibuku pun saat ini masih belajar. Entah belajar tentang apa. Pertanyaannya sekarang bukan masalah belajarnya, tapi lulus dari kapus. Sampai kapan aku menjadi budak intelektual. Itu pertanyaan yang hanya bisa dijawab oleh aku sendiri. Orang yang menjalaninya.


Sayangnya, tidak ada orang yang mau terlalu mengerti dengan keadaanku seperti ini. 


Senja akan segera berlalu. Semoga dilema saat ini menjadikanku manusia yang terus bisa berpikir.

Minggu, 27 Oktober 2013

Siswa SMP 1 Sunguminasa Peraih Medali Peruggu OSN 2013


Minggu, 26 Mei 2013 22:20 WITA

Harapan Dimas Ahmad Rizaldi untuk melaju ke Olimpiade International di Rusia Tahun 2013 agaknya akan semakin dekat setelah ia berhasil menjadi peraih medali perunggu pada Olimpiade Sains Nasional (OSN) 2013 Tingkat SMP di Batam, Kepulauan Riau sejak 15-21 Mei lalu.

Siswa kelas akselerasi SMP Negeri 1 Sungguminasa tersebut menjadi salah satu siswa SMP yang mewakili Provinsi Sulawesi Selatan untuk bidang IPS Terpadu.

Semangat mengikuti olimpiade sudah ada sejak ia mengikuti seleksi tingkat sekolah hingga provinsi. Sebelum berangkat, Dimas mengikuti karantina selama tiga hari di Asrama Haji, Sudiang.

"Kompetisi berlangsung selama dua hari. Hari pertama, seluruh peserta mengerjakan soal sebanyak 50 nomor dalam waktu 90 menit. Model soalnya lebih rumit dan berbeda bila dibandingkan pada saat seleksi di tingkat provinsi,"ungkap anak pasangan Hanafi dan Masna ini kepada Tribun, Minggu (26/5/2013).

Selanjutnya, untuk babak multimedia yakni mengerjakan soal di komputer, Dimas mengerjakan soal sebanyak 50 nomor. Ia juga harus menjawab soal praktikum yang diberikan oleh panitia.

Sementara hari kedua, peserta diberikan kesempatan untuk tampil memberikan presentasi poster. Ada tiga tema poster yang kami harus dkuasai dalam waktu singkat tanpa diketahui oleh peserta, poster mana yang akan mereka presentasikan.

"Saat itu, saya diberikan waktu selama lima menit untuk menjelaskan poster tentang daur ulang sampah rumah tangga. Selama dua hari, saya berhasil mengumpulkan sekitar 200 poin. ," ujar The Most JILC tingkat SD tahun 2012 ini.

Dimas bersaing bersama 99 siswa SMP dari berbagai provinsi yang ada di seluruh Indonesia dan berhasil meraih medali perunggu. Ia pun berharap mendapatkan undangan untuk seleksi Olimpiade International 2013 di Rusia.

"Kata Panitia, peraih medali akan dipanggil kembali untuk mengikuti seleksi olimpiade International. Semoga saya bisa kembali lolos. Saya mohon dukungan dan doa dari semuanya,"ungkapnya.

Dimas juga sangat berterima kasih kepada seluruh guru yang telah mendampingi dan membimbingnya untuk mengikuti OSN 2013.

Orang Tua Dimas, Hanafi tak menyangka anaknya mampu meraih medali perunggu dalam OSN 2013 di Batam.

"Saya tidak mengetahui, dia ikut seleksi. Nanti pada saat dia dinyatakan lolos ke tingkat nasional, saya baru tersadar, Dimas sudah menyiapkan dirinya sudah lama,"ungkap Hanafi.

Hanafi juga tidak pernah memaksakan anak-anaknya untuk belajar dan menjadi juara.

"Saya bahkan sering mengatakan kepada Dimas untuk jangan terlalu memaksakan diri. Tapi, karena anaknya memang yang punya keinginan, kami orang tua hanya bisa mendukung,"jelasnya.

Dimas pun sempat mendapatkan tawaran beasiswa untuk melanjutkan SMA di SMA Kharisma di Banten. Namun, Hanafi dan istrinya hanya ingin Dimas untuk melanjutkan SMA-nya di SMAN 17 Makassar, nantinya."

By : Novrizal Tri Shandy

Sabtu, 12 Oktober 2013

Acceleration Community Profile



Kami adalah kelompok/komunitas pelajar dan mahasiswa yang memiliki anggota di seluruh Indonesia. Accel Comm diretas oleh beberapa pelajar kelas akselerasi yang ada di Sulawesi Selatan. Lahir di Sulawesi dari pelajar kelas akselerasi bukan berarti anggotanya hanya dari pelajar atau alumni kelas akselerasi, tetapi semua pelajar dan mahasiswa di Indonesia bisa menjadi anggota Accel Comm sesuai dengan kesepakatan. 

Acceleration community ini dibentuk untuk mewadahi prestasi-prestasi dan karya-karya anggota acceleration. Situs ini juga bisa menjadi media belajar bagi seluruh anggota. Acceleration Community bisa bergerak dalam bidang apa saja seperti bidang melukis/menggambar, sastra, pendaki gunung, musik, dan tentu saja bidang akademik. Komunitas ini berlandaskan kekeluargaan. Semua masalah yang menghampiri komunitas ini diselesaikan dengan cara kekeluargaan. 

Kita berkarya untuk Indonesia. Kita berbuat untuk Indonesia. Kita mengabdi untuk Indonesia.

Selamat berkarya teman-teman...